Sabtu, 27 Februari 2016

Gapailah kesuksesan

Kesuksesan Sejati hanyalah keselamatan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga.
Kepintaran hakiki hanya bagi mereka yang selalu mengingat mati dan bersiap untuk setelahnya.
Dan surga dunia adalah ketenangan jiwa dalam 
dalam Tauhid dan Ittiba' pada Quran dan Sunnah

Jumat, 26 Februari 2016

HUKUM DAN TATA CARA SHALAT GERHANA

Hukum Shalat Gerhana
Shalat kusuf (gerhana) disyariatkan oleh Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan dan mencontohkannya. Para ulama berbeda pendapat tentang hukum shalat kusuf:
  1. Kebanyakan ulama berpandangan bahwa hukumnya adalah sunnahmuakaddah (yang ditekankan).
  2. Ulama yang lain berpendapat bahwa shalat kusuf hukumnya wajib.
Ini yang dikuatkan oleh asy-Syaikh al-Albanirahimahullah. Beliau menyebutkan bahwa ini juga pendapat Ibnu Khuzaimah, Abu Awanah, dan dipilih oleh asy- Syaukani rahimahullahserta Shiddiq Hasan Khan.
 gerhana-matahari-cincin
Tata Cara Shalat Gerhana
Berikut ini beberapa hal terkait dengan tata cara shalat gerhana.
  1. Sebab shalat ini adalah terlihatnya gerhana.
Shalat ini terkait dengan terlihatnya gerhana. Oleh karena itu, apabila gerhana tidak dapat dilihat, tidak disyariatkan padanya shalat. Sebab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammengaitkan shalat gerhana ini dengan “melihat”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا
“Apabila kalian melihatnya, berdoalah, bertakbirlah, shalatlah, dan bersedekahlah.”
Jika di suatu daerah gerhana terlihat, disyariatkan bagi penduduk tempat itu untuk melakukan shalat kusuf.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahmengatakan bahwa apabila ahli hisab bersepakat tentang terjadinya gerhana, kesepakatan mereka hampir-hampir tidak akan salah. Akan tetapi, kesepakatan mereka itu tidak berkonsekuensi adanya suatu ilmu (pengetahuan) yang syar’i. Sebab, shalat kusuf dan khusuf tidak dilakukan kecuali apabila gerhana itu terlihat.
Berdasarkan hal ini, apabila terjadi gerhana namun seseorang terlambat mendapat beritanya dan waktunya telah lewat, tidak disyariatkan baginya melakukan shalat gerhana karena waktunya telah berlalu. Ini yang dijelaskan oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam kitabnya, al-Mulakhkhash al-Fiqhi.

  1. Panggilan untuk shalat gerhana
Tidak ada azan dan iqamah untuk shalat gerhana. Yang ada ialah panggilan, “Ash-shalatu jami’ah.”
Hal ini sebagaimana riwayat al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin ‘Amr radhiallahu ‘anhuma yang mengatakan, “Ketika terjadi gerhana matahari (pada zaman Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam), diserukan, ‘Ash-shalatu jami’ah’.”

  1. Pelaksanaan shalat gerhana
Shalat gerhana dilaksanakan dua rakaat. Perbedaannya dengan shalat yang lain, setiap rakaat shalat gerhana terdapat dua rukuk. Jadi, dua rakaat shalat gerhana memiliki empat rukuk.
Rincian cara shalatnya adalah seperti tata cara shalat biasa. Hanya saja, setelah membaca surat kemudian rukuk dan bangkit dari rukuk, membaca sami’allahu liman hamidah, rabbana walakal hamdu (sebagaimana hadits Aisyahradhiallahu ‘anha yang muttafaqun alaih), dilanjutkan membaca al-Fatihah dan surat lagi.
 Disyariatkan berdiri dan rukuk pertama lebih lama daripada yang kedua. Setelah selesai bacaan kedua, dia rukuk kembali, bangkit, membaca sami’allahu liman hamidah rabbanawalakal hamdu, dan i’tidal. Setelah itu dilanjutkan sebagaimana biasa. Demikian pula pada rakaat kedua.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait pelaksanaan shalat gerhana.
  1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammelakukan shalat gerhana dengan bacaan yang panjang.
Nabi memperpanjang bacaan tersebut sampai hilang gerhana itu. Meski demikian, untuk bacaan yang panjang seperti itu, perlu memerhatikan keadaan makmum. Wallahu a’lam.
Seandainya shalat telah selesai sementara gerhana belum hilang, perbanyaklah membaca zikir, tahlil, dan zikir sejenisnya. Bisa pula diulangi kembali shalatnya, sebagaimana penjelasan asy-Syaikh Shalih al-Fauzan dalam kitabnya, al-Mulakhkhash al-Fiqhi.
  1. Bacaan pada shalat gerhana dilakukan dengan suara keras (jahr) meski pada siang hari.
Hal ini sebagaimana yang dilakukan pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang melakukan shalat karena gerhana matahari. Begitu pula pada malam hari ketika terjadi gerhana bulan, bacaan shalat gerhana dilakukan dengan jahr (keras).
  1. Shalat gerhana dilakukan secara berjamaah di masjid.
Tentu saja hal ini juga boleh dilakukan oleh jamaah wanita. Di masa para sahabat, kaum wanita mengikuti shalat gerhana.
Ibnu Hajar rahimahullah dalam Fathul Barimengatakan, “Jika imam rawatib tidak datang, salah seorang yang hadir menjadi imam.”
Apabila tidak ada seorang pun yang bisa diajak berjamaah, dia diperbolehkan melakukan shalat gerhana sendirian. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh asy-Syaikh Shalih al-Fauzan dalam kitabnya, al-Mulakhkhash al-Fiqhi.

  1. Shalat gerhana dilakukan kapan saja saat terjadi gerhana.
Shalat gerhana boleh dilakukan meski di akhir siang atau di akhir malam, asalkan saat itu terjadi gerhana.

  1. Setelah shalat, disyariatkan berkhutbah.
Hukumnya sunnah, tidak wajib. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana riwayat Aisyah radhiallahu ‘anha“Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menyelesaikan shalatnya dan matahari telah terang (gerhana telah usai). Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammemuji dan menyanjung Allah subhanahu wa ta’ala seraya berkata, ‘Matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala. Tidaklah keduanya mengalami gerhana karena kematian seseorang, tidak pula karena kelahiran seseorang. Jika kalian melihat gerhana,berdoalah, bertakbirlah, shalatlah kepada Allahsubhanahu wa ta’ala, dan bersedekahlah.’
Kemudian beliau mengatakan, ‘Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah subhanahu wa ta’ala ketika seorang lakilaki atau perempuan berzina. Wahai umat Muhammad, seandainya kalian mengetahui apa yang kuketahui, tentukalian akan sedikit tertawa dan banyakmenangis’.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat tiba-tiba beliau maju seolah-olah mengambil sesuatu, dan tiba-tiba mundur seolah-olah takut dari satu hal yang mengerikan. Sebagian sahabat bertanya tentang apa yang terjadi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,“Sesungguhnya aku melihat surga. Aku berusaha mengambil sekumpulan anggur. Seandainya aku dapat mengambilnya, kalian akan terus makan darinya selama dunia masih ada. Sungguh, aku juga melihat neraka. Aku tidak pernah melihat sebuah pemandangan yang lebih mengerikan daripada yang aku lihat hari ini. Aku melihat ternyata kebanyakan penghuninya adalah para perempuan.”
Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya, “Apa sebabnya wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,“Karena mereka kufur.”
Para sahabat radhiallahu ‘anhum bertanya, “Apakah kufur terhadap Allah subhanahu wa ta’ala?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, “Tidak, tetapi mereka kufur (tidak berterima kasih) terhadap (kebaikan) para suamimereka. Kufur terhadap kebaikan. Seandainya engkau berbuat baik kepada salah seorang mereka sepanjang tahun, lantas dia melihat sesuatu yang tidak dia sukai, dia akan berkata, “Aku tidak pernah melihat pada dirimu kebaikansama sekali.” HR. al-Bukhari dan Muslim)
gerhana-matahari-total
Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari hadits di atas.
  1. Khutbah ini menyatakan batilnya apa yang diyakini oleh orang jahiliah bahwa gerhana adalah tanda kematian atau kelahiran orang yang besar. Pada saat itu, putra Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal. Orang mengira, gerhana terjadi karena sebab tersebut. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallammenepis anggapan jahiliah ini.

  1. Gerhana adalah salah satu tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Allahsubhanahu wa ta’ala hendak memberikan rasa takut dengan keduanya terhadap para hamba-Nya. Sungguh, orang yang berpikir tentang kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala dalam mengatur alam ini, akan memiliki rasa takut yang besar.
Dalam sebagian riwayat disebutkan, ketika itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir terjadi kiamat. Hal ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa meski gerhana adalah peristiwa alam, seorang muslim hendaknya tidak hanya memandangnya sebagai peristiwa alam biasa yang teratur.
Seorang muslim memandang bahwa hal itu merupakan tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala dan kemampuan-Nya yang mengatur matahari dan bulan, sehingga jadilah malam dan siang. Jika Allah subhanahu wa ta’alaberkehendak menjadikan semuanya sebagai waktu siang, Dia Maha mampu melakukannya. Demikian pula sebaliknya. Selain itu Allahsubhanahu wa ta’ala Maha mampu memanjangkan waktu siang dan memendekkannya, memanjangkan waktu malam dan memendekkannya.
Dengan adanya gerhana seorang muslim mesti berpikir tentang kebesaran Allah tersebut dan tumbuh dalam dirinya rasa takut apabila Allah subhanahu wa ta’ala tidak mengembalikan matahari atau bulan sebagaimana mestinya.

  1. Khutbah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammengisyaratkan beberapa maksiat, di antaranya perzinaan. Tampak dari sini—wallahu a’lam— bahwa gerhana berkaitan dengan peringatan Allahsubhanahu wa ta’ala atas berbagai maksiat yang terjadi. Apabila kita lihat pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, selama sekian tahun di Madinah gerhana terjadi hanya satu kali.
Pada masa kita ini, kemungkinan terjadi gerhana berkali-kali. Seorang muslim hendaknya berpikir bahwa gerhana tersebut adalah peringatan agar para hamba-Nya takut kepada-Nya atas kemaksiatan yang terjadi.
Pada masa ini kemaksiatan begitu merajalela, terlebih yang disebutkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam khutbahnya, yaitu zina. Oleh karena itu, takutlah kepada Allahsubhanahu wa ta’ala.  Allah subhanahu wa ta’alaMaha mampu mengubah aturan alam apabila Dia berkehendak.
Bisa jadi, ada yang menyatakan bahwa gerhana ini hanyalah kejadian alam. Kita katakan, betul bahwa itu adalah kejadian alam. Akan tetapi, alam ini ada Dzat yang mengatur sekehendak-Nya.
Pada kesempatan ini, pembacarahimakumullah, kita mengingatkan sebagian orang yang menganggap melihat gerhana sebagai hiburan. Kita dapati sebagian orang justru menikmati gerhana dan tidak melakukan shalat gerhana yang disyariatkan. Demikian pula mereka tidak takut, padahal inilah yang diinginkan  oleh syariat saat terjadi gerhana. Rasa takut tersebut menjadikan seseorang bertambah ketaatannya kepada Allahsubhanahu wa ta’ala. Hendaknya kaum muslimin menyadari hal ini dan kembali kepada petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

  1. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenganjurkan umatnya memperbanyak amalan saleh, yaitu doa, shalat, dan sedekah saat terjadi gerhana.

  1. Kebanyakan penduduk neraka adalah kaum wanita. Hal ini disebabkan mereka tidak mensyukuri nikmat, tidak mau berterima kasih kepada suami. Ketika muncul rasa marah, seakan-akan kebaikan suami tidak pernah ada. Suara pun diangkat melebihi suara suami, atau hal lain yang merupakan sikap yang tidak dibenarkan oleh syariat. Hal ini sangat berbahaya dan menjadi sebab kebanyakan wanita menjadi penduduk neraka.

Apabila Tertinggal Satu Rukuk
Satu rakaat dalam shalat gerhana ada dua kali rukuk. Apabila tertinggal satu rukuk, dia harus menambah satu rakaat lagi. Demikian yang dijelaskan oleh asy-Syaikh Muhammad Bazmulhafizhahullah dalam kitab BughyatulMutathawwi’ fi Shalati at-Tathawwu’.
Demikian pembahasan yang bisa kami sampaikan tentang shalat gerhana. Semoga bermanfaat. Apabila ada kekurangan, kami memohon maaf sebesar-besarnya.
Wallahu a’lam bish-shawab

#copassfrom yufid.com

Jumat, 12 Februari 2016

Kamis, 11 Februari 2016

untuk apa umurmu kau pergunakan ?

*Suatu saat akan ada masa dimana
ditanyakan " untuk apa umurmu kau
pergunakan? "
يأيها الناس .. Untuk apa sajakah Usia mu kau
pergunakan?
Dan apa cara mu untuk mempertanggung
jawabkannya?

Punya mata tetapi tidak melihat, kemudian
Allah beri penghilatan
Punya telinga tetapi tidak mendengar,
kemudian Allah beri pendengaran
Punya lisan tetapi tidak mampu bicara,
kemudian Allah beri kemampuan bicara
Punya kaki tetapi tidak berjalan, kemudian
Allah beri kemampuan berjalan
Punya hati tetapi tidak memahami,
kemudian Allah beri pemahaman.
Dulu semua manusia bodoh kemudian
Allah beri 'ilmu.

Tapiii, setelah semua keni'matan yang tidak
dapat dihitung dengan alat perhitungan,
dan ketika Allah memanggilmu kepada apa
yang menghidupkan hati dan jiwamu,
engkau berkhianat dan tidak menaati Allah.
Sungguh, keadaan ini telah menjatuhkan
dirimu ke jurang kehinaan.

Cobalah kau merenung lebih daalaaam
lagii, Lihatlah seekor anjing yang diseret
oleh tuannya, dipukul, kemudian diberi
makan dengan tulang yang tak lagi
berharga. Tapii ketika sang majikan
mengikatnya di tepi pagar rumah, ia
terkena hujan dan panas tetapi sang anjing
tetap setia menjaga rumah tuannya...
Lalu bagaimana dengan mu?, tidakkah kau
mengerti bahwa ketika Allah memanggilmu
untuk menaati Nya. Sesungguhnya perintah
itu bukanlah untuk kepentingan Allah. Maha
Suci Allah dari ketergantungan hamba Nya.
Semua perintah itu untuk kebaikan dan
kepentingan kita... !